Sunday, April 10, 2011

Tekhnik Dasar Bermain Bola Basket

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, bola basket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut.
Bola basket adalah salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk di belahan bumi lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan, Lithuania, dan juga di Indonesia.
  
Sejarah
Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang guru olahraga. Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang guru Olahraga asal Kanada yang mengajar di sebuah perguruan tinggi untuk para siswa profesional di YMCA (sebuah wadah pemuda umat Kristen) diSpringfield,Massachusetts, harus membuat suatu permainan di ruang tertutup untuk mengisi waktu para siswa pada masa liburan musim dingin di New England.Terinspirasi dari permainan yang pernah ia mainkan saat kecil di Ontario,Naismith menciptakan permainan yang sekarang dikenal sebagai bola basket pada 15 Desember 1891.
Menurut cerita, setelah menolak beberapa gagasan karena dianggap terlalu keras dan kurang cocok untuk dimainkan di gelanggang-gelanggang tertutup, dia lalu menulis beberapa peraturan dasar, menempelkan sebuah keranjang di dinding ruang gelanggang olahraga, dan meminta para siswa untuk mulai memainkan permainan ciptaannya itu.
Pertandingan resmi bola basket yang pertama, diselenggarakan pada tanggal 20 Januari 1892 di tempat kerja Dr.James Naismith.Basket adalah sebutan yang diucapkan oleh salah seorang muridnya. Olahraga ini pun menjadi segera terkenal di seantero Amerika Serikat. Penggemar fanatik ditempatkan di seluruh cabang di Amerika Serikat. Pertandingan demi pertandingan pun segera dilaksanakan di kota-kota di seluruh negara bagian Amerika Serikat.
Pada awalnya, setiap tim berjumlah sembilan orang dan tidak ada dribble, sehingga bola hanya dapat berpindah melalui lemparan. Sejarah peraturan permainan basket diawali dari 13 aturan dasar yang ditulis sendiri oleh James Naismith. Aturan dasar tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan.
  2. Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
  3. Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa.
  4. Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.
  5. Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul pemain lawan dengan cara disengaja. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sangsi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga keranjang tim nya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan.
  6. Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.
  7. Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).
  8. Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
  9. Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasit yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. pemain yang melempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
  10. Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.
  11. Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.
  12. Waktu pertandingan adalah 4 babak masing-masing 10 menit
  13. Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang.
Lapangan, waktu, dan jumlah pemain bola basket
Permainan bola basket adalah persegi panjang dengan ukuran panjang lapangan yaitu 26 meter serta lebar lapangan yaitu 14 meter. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.
Jumlah pemain dalam permainan bola basket adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola basket adalah 2 orang. Wasit 1 disebut Referee sedangkan wasit 2 disebut Umpire.
Waktu permainan 4 X 10 menit. Di antara babak 1, 2, 3, dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.
Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola basket adalah 75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter.
Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,80 meter sedangkan lebar papan pantul bagian luar adalah 1,20 meter. Dan panjang papan pantul bagian dalam adalah 0,59 meter sedangkan lebar papan pantul bagian dalam adalah 0,45 meter.
Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 meter. Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket adalah 0,30 meter. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 meter. Sedangkan jarak tiang penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 meter.
Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80 meter dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 meter. Panjang garis akhir lingkaran daerah serang yaitu 6 meter. Sedangkan panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60 meter.
  
Peraturan permainan bola basket
Aturan dasar pada permainan Bola Basket adalah sebagai berikut:
  • Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan.
  • Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
  • Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa.
  • Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.
  • Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul, atau menjegal pemain lawan dengan cara bagaimanapun. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sanksi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan.
  • Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.
  • Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).
  • Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
  • Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
  • Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.
  • Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.
  • Waktu pertandingan adalah 4 quarter masing-masing 10 menit
  • Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang 
 Teknik dasar permainan bola basket
Cara memegang bola basket adalah sikap tangan membentuk mangkok besar. Bola berada di antara kedua telapak tangan. Telapak tangan melekat di samping bola agak ke belakang, jari-jari terentang melekat pada bola. Ibu jari terletak dekat dengan badan di bagian belakang bola yang menghadap ke arah tengah depan. Kedua kaki membentuk kuda-kuda dengan salah satu kaki di depan. Badan sedikit condong ke depan dan lutut rileks.
Dalam menangkap bola harus diperhatikan agar bola berada dalam penguasaan. Bola dijemput telapak tangan dengan jari-jari tangan terentang dan pergelangan tangan rileks. Saat bola masuk di antara kedua telapak tangan, jari tangan segera melekat ke bola dan ditarik ke belakang atau mengikuti arah datangnya bola. Menangkap bola (catching ball) terdiri dari dua macam cara yaitu menangkap bola di atas kepala dan menangkap boka di depan dada.
Mengoper atau melempar bola terdiri atas tiga cara yaitu melempar bola dari atas kepala (over head pass), melempar bola dari dari depan dada (chest pass) yang dilakukan dari dada ke dada dengan cepat dalam permainan, serta melempar bola memantul ke tanah atau lantai (bounce pass).
Menggiring bola (dribbling ball) adalah suatu usaha membawa bola ke depan. Caranya yaitu dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan. Saat bola bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti arah bola. Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke arah bawah dengan sedikit meluruskan siku tangan diikuti dengan kelenturan pergelangan tangan. Menggiring bola dalam permainan bola basket dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu menggiring bola rendah dan menggiring bola tinggi. Menggiring bola rendah bertujuan untuk melindungi bola dari jangkauan lawan. Menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan serangan yang cepat ke daerah pertahanan lawan.
Pivot atau memoros adalah suatu usaha menyelamatkan bola dari jangkauan lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya, sedangkan kaki yang lain dapat berputar 360 derajat.
Seorang pemain basket melakukan shooting dengan dua tangan.
Shooting adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua tangan serta shooting dengan satu tangan.
Lay-up adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga dengan tembakan melayang.

Teknik permainan bola basket profesional
Fade away adalah tehnik yang mendorong badan kebelakang saat melakukan shoot, sehingga menyulitkan defender untuk menghadang bola. tehnik ini lumayan susah dilakukan buat pemain yang baru belajar basket. Bila keseimbangan badan tidak terjaga bisa-bisa terpelanting dan jatuh kebelakang. Pemain NBA yang sering memakai teknik ini adalah sang legenda basket seperti Michael Jordan dan Kobe Bryant.
Hook adalah teknik yang sangat efektif bila pemain dijaga oleh orang yang lebih tinggi dari pemain. Yaitu cara menembak dari samping dengan satu tangan. Jadi jarak antara orang yang menghadang dan pemain bias agak jauh. Belakangan tehnik ini sering dipakai oleh Rony Gunawan Satria Muda Britama waktu melawan Garuda Bandung di Final 2009, dan keakuratan mencapat 80%.
Teknik yang butuh lompatan tinggi, dan akurasi tembakan yang bagus.
merupakan cara dribble dengan cara memantulkan bola dari tangan kiri ke tangan kanan atau sebaliknya. biasanya teknik sudah banyak di improvisasi dengan cara memantulkan bola di antara celah kaki (kebanyakan pemain internasional sudah menggunakan teknik ini) atau belakang kaki (yang paling sering menggunakan teknik ini adalah Jamal Crawford - Atlanta Hawks)
Slamdunk adalah salah satu teknik yang paling populer. Sebenarnya cukup simpel, yaitu hanya memasukkan bola secara langsung ke ring dan menghempaskan tangan ke ring basket. Walaupun simpel, tapi untuk orang dengan tinggi 171 cm slam seperti ini hampir mustahil untuk dilakukan karena lompatannya tidak cukup tinggi. 

Perkembangan
Permainan basket sudah sangat berkembang dan digemari sejak pertama kali diperkenalkan oleh James Naismith. Salah satu perkembangannya adalah diciptakannya gerakan slam dunk atau menombok, yaitu gerakan untuk memasukkan dan melesakan bola basket langsung ke dalam keranjang yang bisa dilakukan dengan gerakan akrobatik yang berkekuatan luar biasa.

Lahirnya persatuan bola basket seluruh Indonesia
Ada beberapa informasi mengatakan masuknya basket bersamaan dengan kedatangan pedagang dari Cina menjelang kemerdekaan. Tepatnya, sejak 1894, bola basket sudah dimainkan orang-orang Cina di Provinsi Tientsien dan kemudian menjalar ke seluruh daratan Cina. Mereka yang berdagang ke Indonesia adalah kelompok menengah kaya yang memilih olahraga dari Amerika itu sebagai identitas kelompok Cina modern.
Informasi ini diperkuat fakta menjelang dan pada awal kemerdekaan klub-klub bola basket di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, DI Yogyakarta, dan Surabaya sebagian besar tumbuh dari sekolah-sekolah Cina. Dari klub itu pula kemudian lahir salah seorang pemain legenda Indonesia, Liem Tjien Siong yang kemudian dikenal dengan nama Sonny Hendrawan (Pada 1967 Sonny terpilih sebagai Pemain Terbaik pada Kejuaraan Bola Basket Asia IV di Seoul, Korea Selatan. Waktu itu, tim Indonesia menduduki peringkat ke-4 di bawah Filipina, Korea, dan Jepang).
Pada 1948, ketika Negara Indonesia menggelar PON I digelar di Solo, bola basket, sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Ini membuktikan bahwa basket cepat memasyarakat dan secara resmi diakui Negara. Tiga tahun kemudian, Maladi sebagai Sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang kemudian menjadi Menteri Olahraga, meminta Tonny Wen dan Wim Latumeten untuk membentuk organisasi bola basket. Namun akhirnya karena tuntutan kebutuhan untuk menyatukan organisasi basket, disepakati pembentukan Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia pada 1955, disingkat Perbasi

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_basket


Friday, April 8, 2011

Mengeksploitasi Sumber Cerita Komik


Sastra adalah karya seni yang memanfaatkan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dalam sastra disajikan dalam bentuk deskripsi narasi. Bahasa dalam karya sastra dimaksudkan untuk menggambarkan rangkaian peristiwa yang keseluruhannya membangun cerita.
 
Berbeda dengan karya sastra, komik adalah karya seni yang memanfaatkan gambar sebagai mediumnya. Gambar menjadi sarana kreator (komikus) untuk menyampaikan ide atau gagasan, kegelisahan, kritik sosial atau bahkan potret zamannya. Oleh karena itu, tokoh komik seyogianya merepresentasikan harapan dan idealisasi yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

Di sinilah, keberhasilan sebuah komik tidak hanya sangat ditentukan oleh kepiawaian komikus dalam menyajikan serangkaian peristiwa melalui gambar-gambar yang secara keseluruhan membangun cerita, tetapi juga dalam hal pemenuhan harapan dan idealisasi tadi terwakili oleh tokoh-tokoh komik yang ditampilkannya.

Dalam hal itu, komikus mesti secara sadar menempatkan tokoh komiknya sebagai sosok makhluk superior atau superhero dengan karakter yang superlatif atau tokoh biasa yang mampu menghadirkan kejadian-kejadian luar biasa. Dengan demikian, pemaknaan gambar-gambar penting artinya dalam usaha komikus menempatkan gambar sebagai alat untuk mendeskripsikan peristiwa demi peristiwa dalam rangkaian membangun sebuah cerita. Dengan perkataan lain, gambar-gambar itu digunakan untuk menyajikan sebuah cerita melalui rangkaian peristiwa yang diangkat ke dalam bentuk gambar-gambar.

Meskipun komik menggunakan medium gambar, tak berarti ia meniadakan deskripsi narasi.yang memanfaatkan bahasa. Bagaimanapun juga, ada banyak hal yang mustahil dapat direpresentasikan melalui gambar-gambar. Suasana hati atau perasaan, seperti kegamangan, kecemasan, ketakutan atau kekalutan dan kekacauan pikiran, misalnya, terlalu sulit untuk diangkat ke dalam gambar. Oleh karena itu, mesti ada keterangan yang menyatakan tokoh tertentu dalam gambar sedang mengalami suasana hati tertentu. Jadi, bisa saja keterangan itu berupa monolog tokoh berangkutan atau keterangan yang langsung diberikan komikusnya.

Begitu pula, dalam soal dialog antartokoh, komikus terpaksa menggunakan bahasa. Dengan demikian, bahasa dalam komik berfungsi sebagai pendukung untuk memperkuat efek gambar dalam mengangkat peristiwa.

***
Kaitannya dengan gambar sebagai medium komik, maka kepiawaian komikus dalam mengangkat peristiwa ke dalam gambar-gambar, tentu saja merupakan hal yang mutlak perlu dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dilihat dari aspek itu, komikus Indonesia sebagian besar sudah memenuhi tuntutan tersebut. Ganesh Th., Teguh Santosa, Wids, Hans, dan sederetan nama lain, sudah memperlihatkan kecerdasannya dalam mengangkat berbagai peristiwa ke dalam gambar-gambar. Lalu, hal apa saja yang perlu diperhatikan dan dilakukan komikus, agar karyanya tak lekang ditelan zaman? Tema cerita apa saja yang sebaiknya digarap, agar karyanya tetap aktual dan menarik perhatian pembacanya? Langkah apa saja yang dicermati, agar komikus tak kehabisan gagasan dan sumber cerita?

Untuk menjawab beberapa pertanyaan itu, patutlah kiranya kita mencoba menyimak sejumlah unsur komik yang –sadar atau tidak sadar– seringkali diabaikan para komikus kita.
Pertama, penciptaan tokoh. Seperti telah disinggung di awal pembicaraan ini, gambar merupakan media komik yang berbeda dengan sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Mengingat perbedaan itu, gambaran fisik tokoh komik hadir ke hadapan pembaca sudah dalam bentuk yang lengkap. Pembaca tidak perlu lagi membayangkan gambaran fisik tokoh yang bersangkutan. Komikus juga tidak perlu mendeskripsikannya lagi lewat bahasa.

Konsekuensi atas hadirnya tokoh komik yang sudah dalam bentuk yang lengkap itu adalah kemungkinan hilangnya daya pikat tokoh yang bersangkutan jika ia tampil sebagai tokoh yang sudah dikenal. Tokoh wayang dan para punakawannya, misalnya, adalah tokoh yang sama sekali tidak mengundang daya pikat. Siasat pertama yang perlu dilakukan adalah pemanfaatan cerita. Membaca Mahabarata R.A. Kosasih misalnya, orang lebih tertarik pada kuatnya jalan cerita ketimbang gambaran fisik tokoh-tokohnya. Oleh karena itu, kehadiran tokoh yang sudah dikenal, harus didukung oleh kekuatan cerita. Tanpa itu, pembaca akan segera bosan dan tinggal menunggu waktu saja pembaca mencampakkan komik tersebut.

Persoalannya berbeda dengan penciptaan tokoh-tokoh khas yang lalu menjadi trade mark komikus yang bersangkutan. Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, Jaka Sembung, Godam, Bezita, Donald Bebek, Doraemon sampai Shinchan adalah tokoh-tokoh rekaan yang mulanya tidak dikenal. Ketika tokoh-tokoh itu sudah mulai dikenal dan makin akrab dengan pembaca, tokoh-tokoh itu kemudian menjadi ciri khas karya komikus yang bersangkutan. Jika tokoh-tokoh yang sudah dikenal itu, dihadirkan dalam cerita yang sederhana atau cerita biasanya, pembaca tinggal menunggu kebosanannya saja. Oleh karena itu, penekanan pada kekuatan cerita menjadi sangat penting. Di sinilah, komikus harus selalu menampilkan cerita-cerita yang tak lazim, luar biasa aneh, dan selalu tak terduga jalan ceritanya. Hanya dengan itu, kehadiran tokoh-tokoh itu akan tetap menarik, dan komik itupun tidak bakal gampang ditinggalkan pembacanya.

Hal yang juga peting diperhatikan dalam menampilkan tokoh-tokoh komik adalah selain bentuk fisiknya yang khas, unik, dan nyeleneh, juga karakterisasinya mesti superlatif. Ia mesti tampil sebagai superhero dengan kekuatan mendekati dewa. Mengapa begitu? Ada sejumlah alasan yang dapat dikemukakan di sini.

1. Mengingat komik menggunakan medium gambar, maka gambar harus memberi ruang yang seluas-luasnya kepada pembaca untuk berimajinasi. Komik-komik percintaan karya Rizal atau Jan Mintaraga, misalnya, hadir tanpa sesuatu yang khas. Tokoh-tokohnya tak lebih sebagai gambaran sosok manusia kebanyakaan. Jadi, tak ada sesuatu yang istimewa. Jika saja gambarnya buruk, ia akan tetap terpajang rapi lantaran tak ada yang mau membaca. Sebaliknya, jika gambarnya bagus, ia juga tinggal menunggu saatnya ditinggalkan pembacanya. Oleh karena itu, jika tokoh-tokoh itu sangat khas, unik, dan nyeleneh, ia akan segera menarik perhatian. Persoalan berikutnya tinggal bagaimana ceritanya juga khas, unik, dan nyeleneh dengan serangkaian peristiwa yang dahsyat dan sangat luar biasa.

2. Penghadiran tokoh-tokoh yang superlatif seperti itu, berkaitan pula dengan selera pembaca. Perlu diperhatikan, bahwa pembaca komik adalah mereka yang sebagian besar berusia di bawah dewasa. Jadi, psikologi anak mestinya menjadi titik perhatian. Penghadiran tokoh-tokoh yang mendekati dewa, penting artinya untuk merangsang imajinasi pembaca. Dalam hal ini, pembaca akan mengidealisasikan dirinya ke dalam karakterisasi tokoh-tokoh seperti itu. Sebaliknya, jika yang tampil adalah tokoh-tokoh yang tidak luar biasa, seperti Donald Bebek atau Shinchan, misalnya, harus ada tokoh antagonis yang karakternya luar biasa jahatnya, luar biasa jeleknya, luar biasa sialnya, dan segala kelakuan yang superlatif. Di samping itu, ceritanya harus menampilkan segala yang tak terduga, penuh kejutan, dan aneh. Jadi, tokoh apapun yang hendak dihadirkan, ia mesti sangat khas, unik, dan nyeleneh.

Kedua, pemanfaatan fakta sejarah. Pemanfaatan fakta sejarah untuk kepentingan komik, tidaklah serta-merta mewajibkan komikusnya menampilkan tokoh-tokoh sejarah. Fakta sejarah hanya sekadar latar peristiwa. Oleh karena itu, komikus bisa saja menampilkan tokoh rekaannya sendiri yang boleh saja lebih hebat dari tokoh sejarah itu sendiri. Perang Diponegoro, Perang Aceh, dan kisah-kisah peperangan lainnya yang begitu banyak tercecer di berbagai daerah, sesungguhnya merupakan lahan yang tak bakal habis untuk kepentingan cerita komik. Jadi, komikus dituntut untuk mempelajari sejarah, jika ia hendak mengangkat cerita komiknya dengan memanfaatkan fakta sejarah.

Jika komikus menampilkan tokoh-tokoh sejarah itu sendiri, seperti Diponegoro, Nyut Nya Dien atau para pahlawan nasional, ia tidak hanya membelenggu dirinya sendiri pada fakta sejarah yang tidak boleh diselewengkan, tetapi juga terikat pada bentuk klise keharusan menyampaikan nilai-nilai kejuangan. Sebagai usaha menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk komik, tentu saja cara demikian memberi kontribusinya sendiri. Tetapi, jika komikus secara sadar hendak menciptakaan tokoh dan ceritanya sendiri dengan memanfaatkan fakta sejarah, ia mesti menampilkan sesuatu yang lain, meskipun tetap dengan memanfaatkan fakta sejarah itu sendiri. Jadi, fakta sejarah sekadar latar cerita. Yang muncul adalah peristiwa dan tokoh lain. Cerita silat SH Mintardja, Api di Bukit Manoreh atau serial cerita silat karya Arswendo Atmowiloto, Senopati Pamungkas, misalnya, merupakan contoh, bagaimana latar sejarah dimanfaatkan untuk kepentingan ceritanya.

Pada pertengahan tahun 1960-an, misalnya, banyak sekali muncul komik-komik yang mengambil latar perang kemerdekaan. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam komik-komik itu sama sekali tidak dikenal dalam catatan sejarah. Tetapi, dalam komik itu, mereka hadir dengan semangat kejuangan yang luar biasa. Si Jampang karya Ganesh Th, Jaka Sembung karya Djair, termasuk jenis komik yang seperti itu. Sejauh ini, pemanfaatan fakta sejarah dalam komik Indonesia, belumlah banyak dilakukan para komikus kita. Di sinilah sesungguh-nya komikus kita punya lahan garapan yang masih berlimpah. Persoalannya tinggal, bagaima-na mereka mau memanfaatkannya.

Ketiga, penggalian cerita rakyat. Sama halnya dengan pemanfaatan fakta sejarah, komikus kita, masih belum maksimal melakukan penggalian terhadap cerita-cerita rakyat yang tersebar di pelosok Nusantara. Komik Sangkuriang, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Timun Emas, dan entah cerita rakyat lain, merupakan contoh kasus, bagaimana cerita rakyat diangkat ke dalam bentuk komik. Dari sejumlah komik itu, kesan kuat yang segera muncul adalah kesetiaan komikus pada cerita aslinya. Dengan demikian, tak ada sesuatu yang baru dalam komik itu, selain bentuk naratif-bahasa, disajikan ke dalam bentuk gambar.

Sesungguhnya, cerita rakyat yang diangkat dalam bentuk komik, termasuk ke dalam apa yang disebut transformasi. Komik yang bersangkutan sudah merupakan penafsiran kedua sebagaimana yang ditangkap komikusnya. Oleh karena itu, sangat mungkin terjadi perubahan di sana-sini, meski ia tidak menyimpang dari alur utamanya. Selain itu, ketika cerita rakyat itu ditumpahkan dalam bentuk gambar, ia sudah mengalami pemaknaan berikutnya. Dengan begitu, ia sudah akan bermakna lain lagi. Adanya pergeseran pemaknaan yang dilakukan komikus tentu saja bukanlah hal yang tabu, jangan pula dimaknai sebagai penyimpangan yang tidak boleh dilakukan. Komikus tentu saja punya hak melakukan itu, bahkan boleh pula mengumbar kreativitasnya sendiri, sejauh tidak meleset jauh dari alur utamanya.

Berkaitan dengan hak melakukan penyimpangan dan mengumbar kreativitas tersebut, dalam banyak komik Indonesia, jarang terlihat keberanian komikus untuk mengolah kembali cerita rakyat secara kreatif. Misalnya, dalam komik Sangkuriang. Peristiwa kejar-mengejar antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi, sesungguhnya menyimpan potensi yang memungkin-kan komikus mengumbar kreativitasnya. Peristiwa itu akan menjadi sangat menegangkan jika komikus pandai mengulur-ulur jalannya cerita. Sebut saja misalnya, manakala selendang Dayang Sumbi dikibaskan ke arah Sangkuriang sebagai usaha menghambat laju lari anaknya itu, Sangkuriang berkelit sedikit. Maka, torelap! Selendang itu pun meluncur deras bagai jilitan halilintar. Jeleleger! Selendang itu menghantam dinding bukit. Seketika, runtuhlah dinding bukit itu. Guluduk-guluduk-guluduk! Ribuan bongkahan bebatuan, menggelinding, menggilas dan menghancurkan apa saja. Sambil berkelit dan menghantami bebatuan yang menerjang ke arahnya, Sangkuriang terus berlari, mengejar Dayang Sumbi.

Ilustrasi tadi, hanyalah sekadar contoh, betapa dalam banyak peristiwa yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat, tersimpan begitu banyak potensi yang membuka peluang bagi komikus untuk mengumbar kreativitasnya. Dalam hal ini, sekaligus juga sebagai alat untuk mempertontonkan kepiawaian komikus dalam menyajikan gambar-gambar.

Keempat, transformasi karya sastra. Selain cerita rakyat yang bisa ditransformasikan ke dalam komik, komikus juga dapat melakukannya pada sejumlah karya sastra yang sudah dikenal secara baik oleh masyarakat pembacanya. Katakalah, novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli. Ada banyak keuntungan melakukan transformasi karya sastra ke dalam komik, seperti misalnya, selain ceritanya sudah dikenal pembaca, juga komikus sekaligus “numpang” popularitas. Tetapi apakah dengan begitu, dapat dianggap merendahkan martabat komikus sendiri? Tentu saja hal itu bergantung pada kemampuan komikus sendiri memanfaatkan berbagai kekosongan yang terdapat dalam novel bersangkutan. Dalam hal itulah, komikus dapat mengumbar imajinasinya dan kreativitasnya secara lebih leluasa. Dalam hal tersebut, tentu saja itu merupakan tantangan bagi komikus untuk menghasilkan karya yang baik. Paling sedikit, penyajian gambarnya harus betul-betul mempesona.

Banyak sekali novel yang baik yang potensial diangkat dalam bentuk komik. Sayang sekali lahan garapan ini hampir tak pernah disentuh para komikus kita. Apakah ada larangan melakukan itu? Tentu saja itu dibolehkan sejauh kita minta izin kepada pengarangnya sendiri atau kepada ahli warisnya, jika pengarangnya sudah meninggal dunia. Jika sejumlah novel atau komik banyak yang diangkat ke dalam film, mengapa novel ke dalam komik, tidak? Jika itu dilakukan oleh para komikus kita, maka cerita-cerita komik Indonesia akan makin beragam dan kaya. Persoalannya tinggal bergantung pada sikap komikus itu sendiri.

Kelima, potret sosial zamannya. Selama ini, peranan dan kontribusi komik dalam kehidupan sosial kita sering kali ditempatkan secara tidak proporsional. Bahkan, tidak jarang pula dipandang dengan nada yang melecehkan. Padahal, komik atau karya seni lainnya, mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama. Komik atau karya seni apapun, mempunyai kotak dan kedudukannya sendiri. Oleh karena itu, tak relevan membandingkan kontribusi komik dengan karya seni lainnya, karena masing-masing mempunyai kotaknya sendiri.

Meskipun demikian, ada kesan bahwa komikus sendiri sering menempatkan dirinya sebagai seniman marjinal, meminggirkan diri dalam kehidupan kesenimanan. Sikap itu tentu saja akan sangat merugikan posisi komikus sendiri dan tempat komik dalam deretan karya seni lainnya. Lalu langkah apa yang perlu dilakukan komikus berkaitan dengan masalah itu?

Sejauh ini, kita melihat bahwa komik-komik Indonesia dijadikan sebagai konsumsi hiburan semata. Sasaran pembacanya sebagian besar usia di bawah dewasa. Apakah mungkin ada komik untuk orang dewasa? Apapun tentu saja mungkin. Salah satu yang menjadikan itu mungkin adalah dengan mencoba mengangkat potret sosial zamannya. Potret yang seperti itu selama ini seringkali direpresentasikan oleh karikatur. Tetapi, karikatur sekadar menyajikan fragmen-fragmen dan tidak membangun sebuah wacana yang lengkap. Oleh karena itu, kinilah saatnya, para komikus memikirkan, bagaimana komik dapat menjadi potret semangat zamannya. Untuk sampai ke arah itu, komikus perlu mengangkat berbagai peristiwa aktual, kontemporer yang menjadi isu nasional. Sebagai contoh, adakah terpikirkan oleh para komikus kita untuk mengangkat peristiwa reformasi yang menumbangkan rezim Soeharto? Peristiwa lain yang tidak kalah dahsyatnya, sebenarnya bertebaran, seperti kerusuhan Sambas dan Sampit, peristiwa Semanggi I dan II, penembakan mahasiswa Trisaksi, peristiwa Mei dan sederetan peristiwa lain yang semuanya sah-sah saja diangkat ke dalam komik.

Keenam, penciptaan cerita-cerita dahsyat. Dalam sejarah komik Indonesia, memang banyak terdapat usaha komikus untuk menciptakan cerita-cerita dahsyat, peristiwa-peristiwa  yang melampaui batas-batas logika. Sayangnya, ada kecenderungan dari komikus sendiri untuk tak menampilkan cerita yang terlalu jauh melampaui batas-batas logika. Justru dalam hal itulah, komik Indonesia selalu kalah bersaing dengan komik asing. Apa hebatnya Kungfu Boy, Rai Thunder Jet atau Dragon Ball? Hakikatnya, cerita dalam komik-komik itu tak jauh berbeda dengan komik lain yang menampilkan peristiwa-peristiwa menakjubkan. Bedanya, komikus Takeshi Maekawa, Johji Manabe atau komiskus Jepang lainnya sangat berani dalam menampilkan tokoh-tokoh supernatural dan dunia entah-berantah. Lalu apa yang menarik?

Ada begitu banyak tokoh bermunculan dalam komik-komik tersebut. Tokoh utama dengan kekuatan dewa, kadangkala dalam beberapa perkelahian harus kalah dahulu melawan berbagai makhluk yang fisiknya luar biasa anehnya. Tak terpikirkan adanya tokoh iblis yang fisiknya menyerupai ular dengan tubuh raksasa, kepada plontos, mata sebesar bola tenis, dan punggung bersisik duri, dan entah apalagi keanehan luar biasa yang terdapat dalam anggota tubuhnya. Tetapi, dengan begitu, ia menjadi sangat khas. Tampilnya makhluk-makhluk aneh itu juga sekaligus merangsang pembaca untuk terpancing mengumbar imajinasinya.

Dengan cara demikian, komik-komik seperti itu tidak cepat membosankan, lantaran selalu ada kekhasan dan kejutan-kejutan. Bahwa cerita-cerita seperti itu sangat disukai anak-anak, karena memang itulah dunianya, dunia yang penuh dengan hayalan dan imajinasi. Oleh sebab itu, komikus mestilah mempunyai keberanian untuk menciptakan cerita-cerita yang mahadahsyat, peristiwa-peristiwa yang melampauai batas-batas logika, dan tokoh-tokoh dengan fisik tak lazim dan tokoh yang hanya ada dalam komik itu sendiri.

Dalam hal penciptaan cerita-cerita dahsyat, komikus Indonesia agaknya masih perlu belajar dari para penulis skenario sinetron yang menampilkan cerita-cerita heroisme anak-anak. Lihat saja sinetron Saras, Gerhana, atau Panji. Kisah-kisah semacam itulah yang justru mengundang daya pikat bagi anak-anak. Dengan cara itu, anak-anak juga dirangsang untuk mengumbar imajinasinya, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dan sekaligus mengidealisasikan tokoh-tokoh itu sebagai superhero.

***
Demikianlah, gagasan untuk mengeksploitasi cerita-cerita komik ini, persoalannya terpulang kembali kepada para komikusnya sendiri. Jika mereka tak mempunyai keberanian untuk nyeleneh, untuk melakukan eksperimentasi, maka mereka akan tetap terpuruk dan komik Indonesia akan tetap berada di bawah bayang-bayang komik asing. Jika saja para komikus itu menyadari, betapa kekayaan cerita Indonesia begitu berlimpah, mestinya komik-komik Indonesia  tidak hanya menjadi primadona di negerinya sendiri, tetapi juga menjadi sumber ilham bagi para komikus asing. Komik Indonesia tidak mustahil menjadi komoditas anak-anak warganegara asing. “Nah! Selamat menyeleneh!”

Dampak Krisis Timur Tengah dan Afrika Utara Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia

Revolusi yang melanda Negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini telah memberikan guncangan pada pasar investasi global (23/02). Kondisi revolusi yang diiringi kekerasan dan korban jiwa ini bisa berdampak terhadap ekonomi dunia, termasuk indonesia
Kekhawatiran semacam ini bukan tanpa alasan. Pasalnya akibat krisis politik di Mesir saja, harga minyak dunia, terutama yang diperdagangkan di bursa London naik dan sempat menjadi USS 100/ barel. Kenaikan harga minyak ini adalah konsekuensi logis dari krisis politik di Mesir mengingat negara ini menguasai terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain seperti gandum, minyak nabati, yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania. Setelah Libya diguncang krisis harga minyak mentah Brent naik mencapai USS 108/ barel.
 
Saat ini situasi di Mesir mulai terkendali setelah Hosni Mubarak bersedia menyerahkan jabatan sebagai presiden Mesir. Akan tetapi revolusi yang menular ke Libya di mana Muamar Khadaffi telah berkuasa selama 41 tahun justru lebih panas dibandingkan Mesir. Berbeda dengan Mubarak yang masih dapat mengendalikan diri dan berkata-kata diplomatis, tampaknya Khadaffi akan mengandalkan kekerasan untuk melanggengkan kekuasaannya. Ratusan jiwa telah melayang dan tadi malam dalam pidato di jaringan televisi nasional Khadaffi mengumumkan perang kepada rakyatnya sendiri dan berjanji untuk bertahan ‘hingga titik darah penghabisan.’ Kata-katanya tersebut memancing kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di kalangan investor global.

Dalam hubungannya dengan instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu kekhawatiran bahwa krisis politik kawasan ini dapat mengikis proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung juga menurunkan harga di sektor pangan. Meskipun demikian tampaknya harga pangan justru akan kembali merangkak naik seiring dengan kenaikan harga komoditas minyak mentah.

Dampak Krisis Timur Tengah dan Afrika Utara Terhadap Indonesia

Dalam konteks dampak terhadap Indonesia,  mungkin dalam jangka pendek gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak akan berdampak secara langsung terhadap nilai perdagangan Indonesia. Dari segi keterkaitan pasar yang berdampak langsung ke perdagangan, negara kita tidak akan terpengaruh dengan apa yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Alasannya rasional yaitu, hubungan dagang langsung antara Indonesia dengan Timur Tengah dan Afrika Utara memang sangat kecil. Sejauh ini, pasar ekspor Indonesia lebih banyak mengarah ke kawasan Asia daripada kawasan Timur Tengah.

Akan tetapi gejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas di pasar global, terutama pangan dan energi. Artinya, krisis Timur Tengah dan Afrika Utara meningkatkan risiko dan premi risiko untuk lalu lintas perdagangan barang global, termasuk negara Indonesia. Tidak hanya itu, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara juga bisa menyebabkan meningkatnya biaya freight dan asuransi kapal. Kenyataan ini jelas mempengaruhi pasar keuangan dunia, termasuk di Asia, sehingga ketidakpastian pasar di negara-negara Asia termasuk Indonesia akan naik.

Di samping potensi kenaikan harga pangan dan minyak mentah dalam jangka pendek, revolusi Timur Tengah dan Afrika Utara akan mengganggu stabilitas pasar keuangan, khususnya aset-aset keuangan dan properti yang berdenominasi Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dengan demikian pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang terkait dengan penanggulangan dan minimalisasi dampak dari krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bentuk konkretnya adalah, pemerintah harus segera menaikkan posisi cadangan pangan dalam negeri dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi pangan.

Selain itu, untuk mengantisipasi dampak krisis politik di Mesir terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah Indonesia harus mengamankan sektor ekspor. Caranya adalah, Indonesia harus melakukan diversifikasi ke pasar Amerika dan Eropa. Selama ini Indonesia lebih menekankan diversifikasi ke pasar Asia, namun tidak menggalakkan ke pasar Amerika dan Eropa. Diversifikasi pasar adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi resesi di Timur Tengah akibat krisis politik di Mesir. Krisis ini bisa menurunkan pertumbuhan negara-negara di Asia karena resesi di negara-negara maju di Timur Tengah.

Sumber:http://vibiznews.com/column/economy/2011/02/23/dampak-krisis-timur-tengah-dan-afrika-utara-terhadap-ekonomi-global-dan-indonesia/